Kalah atau menang dalam suatu pertandingan adalah hal biasa. Tidak ada sesuatu yang perlu disesali. Kekalahan bisa menimpa siapa saja, dan sebaliknya juga kemenangan. Tatkala kalah dalam bertanding, tidak perlu ada pihak-pihak yang disalahkan. Kalau ada pihak-pihak yang ternyata melakukan, itupun juga hal biasa. Sudah barang tentu, kesalahan itu tidak mungkin disengaja atau sesuatu yang selalu berhasil dihindari.
Memang tampak oleh sementara orang, beberapa pemain dalam sepak bola final pertama di Malaysia melakukan kesalahan, misalnya salah umpan, tendangan terlalu jauh, melenceng, operan salah sasaran dan lain-lain. Kekeliruan Itu semua, kiranya dipahami oleh semua orang. Demikian pula, umpama ada supporter yang sedih, kecewa, jengkel, juga tidak perlu disalahkan. Sebab itu pertanda bahwa mereka simpatik, sayang, dan mencintai kesebelasannya.
Partandingan antar kesebelasan di Malaysia adalah bukan pertandingan biasa. Pertandingan itu adalah babak final. Artinya kedua belah pihak sudah sama-sama kuat. Masing-masing sudah melewati berbagai tahap penyisihan. Menganggap bahwa lawan yang dihadapi adalah ringan merupakan hal keliru, sekalipun dalam pertandingan sebelumnya, mereka pernah dikalahkan.
Selain itu pertandingan tersebut belum berakhir. Setelah kesebelasan Indonesia kalah hingga tiga kosong, tahap itu belum final. Masih ada kesempatan berikutnya. Bisa jadi, kalau para pemain Indonesia tidak kalah mental, masih memiliki semangat, kepercayaan diri dan tidak terkena penyakit berjiwa kalah, maka masih sangat memungkin pada tahap final kedua akan menang. Peluang untuk memenangkan pertandingan masih terbuka lebar.
Adapun yang dimaksud bermental kalah, misalnya, mereka masih marah, murung, nyesal, jengkel, menyalahkan teman, sumpek, frustasi, selalu meletakkan kedua tangannya di antara kepala sehingga menggambarkan orang sedang susah, dan seterusnya. Mental pemenang dan juara tidak begitu. Semua dianggapnya biasa, apa yang telah terjadi dianggap pelajaran penting, tokh kemenangan itu suatu saat akan berhasil diraih.
Memang siapapun yang bertanding ingin merebut kemenangan. Kedua belah pihak berusaha keras mendapatkannya. Namun tetap saja, bahwa peluang menang itu hanya satu, yaitu di antara keduanya yang beruntung dan lebih berkualitas. Pertandingan itu sendiri, sebenarnya adalah proses untuk mendapatkan yang terbaik. Dalam pertandingan, siapa yang paling berkualitas, maka itulah yang akan mendapatkan kemenangan. Maka apapun pihak pemenang harus diakui sebagai yang berkualitas dan unggul.
Semua orang selalu menghendaki untuk mendapatkan kemenangan. Akan tetapi, keinginan itu tidak selalu terpenuhi. Jika yang disebut berkualitas itu ternyata belum berada pada pihak dirinya, maka sikap yang bagus adalah mengakui bahwa lawannya memang masih unggul. Keunggulan itu ke depan harus direbut. Sementara sekalipun tidak bermental kalah, maka kekalahan itu harus diterima. Ke depan, yang terpenting adalah harus berusaha keras memperbaiki diri.
Akhirnya, bahwa yang seharusnya dibangun, Dalam keadaan apapun, adalah mental pemenang. Setidaknya, sekalipun sedang dalam keadaan kalah harus mampu mengakui kelebihan dan kehebatan pihak lain, berpikir obyektif, dan berkeyakinan bahwa suatu ketika kemenangan itu akan diraih. Dengan demikian maka artinya, mental menang bisa dipelihara. Kalah tetapi masih bermental tidak kalah. Wallahu a'lam
Sumber: http://pelajarpagu.blogspot.com
Memang tampak oleh sementara orang, beberapa pemain dalam sepak bola final pertama di Malaysia melakukan kesalahan, misalnya salah umpan, tendangan terlalu jauh, melenceng, operan salah sasaran dan lain-lain. Kekeliruan Itu semua, kiranya dipahami oleh semua orang. Demikian pula, umpama ada supporter yang sedih, kecewa, jengkel, juga tidak perlu disalahkan. Sebab itu pertanda bahwa mereka simpatik, sayang, dan mencintai kesebelasannya.
Partandingan antar kesebelasan di Malaysia adalah bukan pertandingan biasa. Pertandingan itu adalah babak final. Artinya kedua belah pihak sudah sama-sama kuat. Masing-masing sudah melewati berbagai tahap penyisihan. Menganggap bahwa lawan yang dihadapi adalah ringan merupakan hal keliru, sekalipun dalam pertandingan sebelumnya, mereka pernah dikalahkan.
Selain itu pertandingan tersebut belum berakhir. Setelah kesebelasan Indonesia kalah hingga tiga kosong, tahap itu belum final. Masih ada kesempatan berikutnya. Bisa jadi, kalau para pemain Indonesia tidak kalah mental, masih memiliki semangat, kepercayaan diri dan tidak terkena penyakit berjiwa kalah, maka masih sangat memungkin pada tahap final kedua akan menang. Peluang untuk memenangkan pertandingan masih terbuka lebar.
Adapun yang dimaksud bermental kalah, misalnya, mereka masih marah, murung, nyesal, jengkel, menyalahkan teman, sumpek, frustasi, selalu meletakkan kedua tangannya di antara kepala sehingga menggambarkan orang sedang susah, dan seterusnya. Mental pemenang dan juara tidak begitu. Semua dianggapnya biasa, apa yang telah terjadi dianggap pelajaran penting, tokh kemenangan itu suatu saat akan berhasil diraih.
Memang siapapun yang bertanding ingin merebut kemenangan. Kedua belah pihak berusaha keras mendapatkannya. Namun tetap saja, bahwa peluang menang itu hanya satu, yaitu di antara keduanya yang beruntung dan lebih berkualitas. Pertandingan itu sendiri, sebenarnya adalah proses untuk mendapatkan yang terbaik. Dalam pertandingan, siapa yang paling berkualitas, maka itulah yang akan mendapatkan kemenangan. Maka apapun pihak pemenang harus diakui sebagai yang berkualitas dan unggul.
Semua orang selalu menghendaki untuk mendapatkan kemenangan. Akan tetapi, keinginan itu tidak selalu terpenuhi. Jika yang disebut berkualitas itu ternyata belum berada pada pihak dirinya, maka sikap yang bagus adalah mengakui bahwa lawannya memang masih unggul. Keunggulan itu ke depan harus direbut. Sementara sekalipun tidak bermental kalah, maka kekalahan itu harus diterima. Ke depan, yang terpenting adalah harus berusaha keras memperbaiki diri.
Akhirnya, bahwa yang seharusnya dibangun, Dalam keadaan apapun, adalah mental pemenang. Setidaknya, sekalipun sedang dalam keadaan kalah harus mampu mengakui kelebihan dan kehebatan pihak lain, berpikir obyektif, dan berkeyakinan bahwa suatu ketika kemenangan itu akan diraih. Dengan demikian maka artinya, mental menang bisa dipelihara. Kalah tetapi masih bermental tidak kalah. Wallahu a'lam
Sumber: http://pelajarpagu.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar